03 Desember 2009

Laba dari Lahan Mungil



Pakaian seragam harian baru saja ditanggalkan Diah Meidianti. Setelah berganti kostum: kaos dan celana hitam, Mei melesat ke Taman Galaksi, di pinggiran timur Jakarta. Di kompleks perumahan itu ia mengangkut beragam sayuran.
Diah Meidianti memang mengelola sebuah kebun kecil-luasnya 3.500 m2p-untuk menanam sayuran semusim. Lokasi lahan terjepit tembok-tembok perumahan elite itu. Lahan itu merupakan tanah kosong yang belum dibangun oleh pengembang perumahan. Mei, alumnus Institut Pertanian Bogor, menyewa Rp1,5-juta per tahun sejak 2006. Di sanalah perempuan 45 tahun itu membudidayakan 10 jenis sayuran secara bergilir.
Ketika Trubus berkunjung ke kebun itu, Mei tengah menanam kangkung, selada, bayam merah, kacangpanjang, dan terung. ‘Saya sengaja memilih sayuran berumur pendek, agar cepat panen,’ kata Mei yang pernah mengikuti sistem budidaya organik di Nakhonratchasima, Thailand, selama 4 bulan. Selain komoditas itu, sayuran lain yang ia tanam adalah pakcoy, mentimun, dan pare.
Rp17-juta
Sayuran itu ditanam di guludan-guludan berukuran 1,2 m x 10 m. Total jenderal terdapat 280 bedeng atau guludan. Satu jenis sayuran dibudidayakan di 10 bedeng. Itulah sebabnya ia rutin memanen 300 kg masing-masing kangkung, caisim, bayam merah, pakcoy, dan 240 kg masing-masing kacangpanjang, mentimun, daun ginseng, terung ungu, serta pare saban bulan.
Volume produksi itu sesuai yang diminta pasar. Dengan teknik budidaya organik-Mei memberikan pupuk nonkimia-sayuran yang dihasilkannya bermutu tinggi. Semua hasil panen ia pasok ke sebuah pasar swalayan di bilangan Mampangprapatan, Jakarta Selatan. Perempuan kelahiran Surabaya, 27 Mei 1963 itu memperoleh harga rata-rata Rp6.000-Rp7.000 per kg.
Itu berarti omzet Mei mencapai Rp17-juta per bulan, jauh lebih besar ketimbang gajinya sebagai karyawan golongan IVA di sebuah departemen. Biaya produksi untuk benih, pupuk, dan tenaga kerja Rp7-juta. Tanpa memperhitungkan sewa lahan, laba bersih Mei Rp10-juta sebulan. Selain Mei yang juga mengebunkan sayuran di lahan sempit-kurang dari 5.000 m2p-adalah Kunaria Prakoso Karamoy.
Sehari-hari Kunaria beraktivitas sebagai konsultan perusahaan minyak dan gas. Pada akhir pekan barulah ia ke Gunungbatu, Kotamadya Bogor. Lokasinya ditempuh 15 menit dari Kebun Raya Bogor. Di halaman rumahnya seluas 2 kali lapangan voli, Kunaria membudidayakan beragam sayuran seperti kangkung, selada, terung, dan bayam. Kunaria menanam sayuran dalam bedeng bersemen. Ukurannya 9 m x 1,5 m x 20 cm. Ada 10 kotak hidroponik yang ditempatkan pada lahan 400 m2p.
Cepat panen
Media tanam dalam bak bedeng berupa campuran pasir, serbuk kayu, dan pupuk. Tanaman yang dipilih pun cepat panen agar risiko terkena hama penyakit rendah. Dalam satu bulan, minimal Kunaria memanen 50-70 kg kangkung, 20 kg pakcoy, 10 kg selada, 20 kg terong, dan 30 kg bayam merah. Semua sayuran itu diserap habis setiap saat oleh restoran di Ciawi, Kabupaten Bogor. Dengan harga jual rata-rata Rp 15-ribu/kg, omzetnya mencapai Rp1.950.000. Menurut Kunaria biaya produksinya rendah, Rp600-ribu/bulan. Pendapatan bersihnya Rp1.350.000/bulan.
Semula berhidroponik di depan halaman rumah, hanya sekadar hobi. Setelah 2 bulan menekuni hobi, seorang pedagang menawar hasil panennya. Sejak itulah ia membisniskan sayuran di lahan sempit. ‘Yang penting tidak repot atau mengganggu pekerjaan dan tidak becek,’ kata Kunaria. Perkataan serupa disampaikan Allen Hartono. Kontraktor di Surabaya, Jawa Timur, itu mengusahakan sayuran di lahan 48 m2p berketinggian 700 m dpl. Lokasinya di Plawah, Pasuruan. Ia menanam bayam, caisim, kalian, sawi, kembang kol, dan kangkung dalam rumahtanam berukuran 12 m x 4 m. Di sana ia membangun 2 rumahtanam mungil.
Dengan pupuk kimia racikannya, Allen mampu memanen kangkung dalam 21 hari, caisim 27 hari, kalian 30 hari, dan sawi kembang 27 hari. Biaya produksinya hampir sama; Rp2.600/250 gram. Jumlah produksinya mencapai 4.800 tanaman yang dikemas menjadi 1.200 bungkus berukuran 250 g. Dengan harga jual rata-rata Rp4.000/250 g, Allen memperoleh Rp1.680.000/bulan.
Depan rumah
Untuk membuka pasar tidaklah sulit. Menurut Allen, asal memberi contoh ke pasar swalayan dan disetujui, biasanya langsung bisa kirim. Selain itu, Allen kerap menjual ke rekan dan kerabatnya. Sedangkan Kunaria dengan mudah menjual ke penjual sayuran di sekitarnya untuk dipasok ke pasar. Oleh sebab itu, berbisnis sayuran bukan hanya hobi yang tersalurkan tapi laba diperoleh dengan hanya memanfaatkan halaman di depan rumah.
Menurut Drs Yudha Herry Asnawi MM, pakar Agribisnis Institut Pertanian Bogor, mengusahakan sayuran di lahan pekarangan jadi salah satu cara menambah pendapatan. Dengan luasan dan modal kecil, biasanya juga mendapatkan laba kecil. Walaupun begitu lahan yang sebelumnya tidak menghasilkan apa pun, bisa memberikan pendapatan tambahan. Untuk melambungkan laba mesti meningkatkan performa. Dengan pencucian dan pengemasan yang lebih baik, sayuran bisa diterima di pasar swalayan dengan harga di atas rata-rata.Tertarik budidaya bisnis sayuran di lahan sempit? Ubah lahan pekarangan Anda menjadi guludan-guludan tanah atau rumahtanam hidroponik. Dengan sedikit perhatian, laba dari panen sayuran bakal masuk ke kantong Anda. (Vina Fitriani)



Oleh trubusid
Rabu, Oktober 08, 2008 11:46:00


26 November 2009

Kredit Pembelian Emas di Pegadaian Syariah: Alternatif Pembelian Emas Batangan

Hmm.. sudah lama juga ga menulis lagi di blog ini hehe..karena kebetulan mendapat info bagus jadi ga ada salahnya saya mulai menulis lagi ..
Beberapa waktu lalu seorang teman ada yang menanyakan tentang emas, dan kebetulan juga waktu itu kakak saya yang ada di batam tiba-tiba sms bahwa di pegadaian syariah sudah dibuka yang dinamakan program MULIA atau secara sederhana merupakan kredit pembelian emas batangan.
Sebagai pemburu emas sejati tentu saja tidak menyia-nyiakan informasi seperti ini.. dan saya pun mulai mencari informasi tambahan untuk program ini..
Secara umum program MULIA ini adalah usaha pegadaian syariah untuk memfasilitasi orang-orang yang ingin memiliki emas batangan tetapi hanya memiliki dana yang terbatas(cem awak keknya ) dengan menyediakan fasilitas kredit berjangka hingga 2 tahun.
Sebenarnya saya tipe orang yang tidak tertarik dengan segala yang dinamakan kredit. Bukan apa-apa, berdasarkan perhitungan ekonomis biasanya memang lebih menguntungkan tunai daripada kredit karena tentu saja jika menggunakan kredit akan ada komponen biaya tambahan berupa penarikan keuntungan dari sang penyedia kredit. Namun setelah saya hitung-hitung tampaknya program MULIA ini patut dipertimbangkan, apalagi bagi orang2x yang jauh dari kantor logammulia atau tidak ada tempat penjualan emas batangan di kotanya.
Dari web saya mendapatkan satu link menarik yang menyajikan sheet excel untuk menghitung biaya yang diperlukan untuk program MULIA ini, secara umum ada 3 komponen utama biaya yaitu biaya emas itu sendiri, keuntungan pegadaian syariah, dan biaya administrasi. Di sheet excel ini anda hanya perlu memasukkan harga emas batangan saat ini yang bisa dilihat di logammulia.com dan jangka waktu kredit yang ingin anda ambil. Nah sekarang mari kita hitung seberapa menariknya program MULIA ini.Sebelumnya kita list dahulu pertimbangan2x yang diperlukan.
Pertama, kita harus mempertimbangkan harga total dari program MULIA ini dibandingkan dengan harga tempat lainnya. Karena saya biasanya beli emas di goldsmart maka saya akan membandingkannya dengan tempat itu saja. Hal ini bukan tanpa sebab juga, karena saya berdomisili di bandung, tentu saja untuk membeli langsung ke logammulia di jakarta memerlukan alokasi waktu dan biaya transport tersendiri sehingga menurut pandangan saya tidak efektif , apalagi dengan besar pembelian saya yang paling hanya 10gram saja. kemudian ada juga sumber lain di bandung seperti geraidinarbandung.wordpress.com atau toko emas biasa. tetapi menurut saya dari segi harga mereka masih sedikit lebih mahal.
Yang kedua, berdasarkan grafik tahunan kita dapat melihat bahwa harga emas biasanya naik 10-30%/tahun, kita ambil saja 20% pertahun sebagai referensi. Untuk orang seperti saya yang masih minim penghasilannya paling banyak hanya bisa membeli emas setiap 6 bulan sekali, artinya dari proses menabung uang hingga ketika saya dapat membeli harga emas akan sudah naik 10%.
Dengan mempertimbangkan hal diatas saya pun melakukan perhitungan menggunakan sheet excel diatas. Rangkuman perhitungan yang saya buat bisa dilihat pada tabel dibawah ini.


Bisa dilihat bahwa selisih harga antara goldsmart dengan program MULIA untuk jangka waktu kredit 6 bulan hanya berkisar 5%. Kesimpulan yang dapat diambil adalah program MULIA ini menurut saya cukup menguntungkan mengingat pertimbangan yang kedua yaitu kenaikan harga emas selama 6 bulan bisa sampai 10%.
Untuk penjelasan lebih lanjut anda bisa langsung mendatangi pegadaian syariah di kota anda, selain itu ada juga beberapa cabang pegadaian biasa non syariah yang ditunjuk untuk menerima program MULIA ini........ happy gold hunting







In gold we trust







01 November 2009

Kisah Sukses Dimas Hokka






Dimas Hokka


Usianya kini 19 tahun. Namun, Dimas Hokka sudah mengukir prestasi mengagumkan sejak belia. Yang paling mencengangkan, ketika masih berusia 13 tahun dan duduk di bangku SMP, dia sudah menjadi dosen.
HINGGA kini, Dimas memegang empat rekor Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia). Yang pertama dia pecahkan saat masih duduk di kelas enam sekolah dasar (SD). Yaitu, rekor menghitung lebih cepat daripada kalkulator.
Kedua, Dimas mengukir rekor Muri dalam memprediksi tanggal, bulan, serta tahun lahir seseorang menggunakan aritmatika. Ketiga, memprediksi biografi seseorang menggunakan ilmu aritmatika.
Terakhir dan yang paling membuat orang geleng-geleng kepala adalah menjadi dosen ketika usianya masih 13 tahun. Saat itu, dia masih duduk di bangku kelas 2 SMP di Semarang. Dia mengajar bahasa Inggris di Universitas 17 Agustus Semarang.
Hebatnya, semua keahlian tersebut tidak diperoleh dari lembaga pendidikan, tapi belajar secara otodidak. Saat ini, Dimas kuliah di Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Indonesia (UI), semester dua.
Pada rekor pertamanya, dia mampu memecahkan hitungan penjumlahan angka tiga digit sebanyak 43 baris dalam waktu dua detik. ”Kemampuan berpikir manusia jauh di atas mesin kalkulasi apa pun. Sayangnya, tidak digunakan maksimal,” ujarnya. Menurut dia, menghitung cepat seperti itu cukup menggunakan bayangan dalam otak.
Sebelumnya, Dimas mengaku pernah mempelajari teknik sempoa. Namun, karena dinilai kurang cepat, dia kemudian menggunakan cara yang dikembangkan sendiri, sehingga dapat menghitung hanya dalam hitungan detik. ”Kalau tidak dikembangkan, ya sama saja dengan yang lain,” ujarnya.
Lain lagi untuk rekor kedua yang berkenaan dengan bahasa logika 1 dan 0. Seperti pesulap, dia mampu menghitung tanggal lahir, bulan, dan tahun menggunakan langkah logis, aritmatika, dan bahasa logika.
Cara kerjanya, seseorang hanya perlu menjawab iya atau tidak atas pertanyaan yang dia ajukan. Jawaban ya untuk 1 dan tidak untuk 0 atau sebaliknya. Kemudian, dari jawaban tersebut, dirinya akan membentuk sebuah grafik dari fungsi x di mana dia akan memilih daerah dengan probabilitas terbesar.
Bila grafik matematika biasa dibuat ke arah kanan atau maju, dia memulai grafik dari akhir ke mula (belakang ke depan) atau menarik mundur garis yang diciptakan pada grafik. Hasilnya adalah angka kelahiran seseorang.
Tak ingin berhenti menggunakan kemampuan yang dimiliki, Dimas mulai mengutak-atik lagi angka-angka yang biasa dia mainkan. Kali ini untuk mengetahui riwayat hidup seseorang.
Bukan hanya tanggal lahir, kini nama seseorang yang sedang kita pikirkan atau bagaimana perasaan kita bisa ditebak menggunakan bahasa logika 1 dan 0. ”Semua menggunakan logika dan langkah-langkah yang benar,” ungkapnya.
Permainan angka memang salah satu favorit dia. Namur, hari-harinya tak selalu dilewatkan untuk mengutak-atik ang¬ka dan menjadi kutu buku. Pemuda itu tumbuh layaknya remaja biasa dengan berbagai aktivitas menyenangkan. Misal¬nya, menonton film dan membaca.
Merasa kurang nyaman ketika menonton film berbahasa Inggris karena setiap menonton harus terganggu teks, dia kemudian memulai lagi petualangan baru. Bukan lagi masalah angka, tapi kali ini bahasa Inggris.
Les bukanlah jalan yang dia ambil. Dia mengaku lebih senang mempelajari semua dari buku. ”Buku kan banyak. Mengapa harus les?” ujarnya.
Sedikit demi sedikit dia mengembangkan kemampuannya dalam hal bahasa Inggris. Sebagai langkah awal, Dimas mendengar dan melihat adegan film tanpa melihat teks. Baru kalau tidak mengerti, dia akan melihat teks atau mencarinya di kamus. Sebab, terkadang teks film tak selalu sama dengan arti sebenarnya.
Di bidang satu ini pun kemampuannya berkembang pesat. Dalam waktu singkat dia berhasil menguasai bahasa Inggris secara utuh, mulai percakapan, pola kalimat, hingga perbendaharaan kata. (nw)

sumber : jawapos